Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip-Prinsip
Belajar
Setiap teori
bertolak dari asumsi atau anggapan dasar tertentu tentang belajar. Oleh karena
itu tidaklah heran apabila terdapat perbedaan pandangan tentang belajar.
Meskipun demikian, ada beberapa pandangan umum yang relatif sama di antara
konsep-konsep tersebut. Beberapa kesamaan ini dipandang sebagai prinsip
belajar. Adapun prinsip-prinsip belajar adalah:
a. Prinsip
Kesiapan (Readiness)
Proses belajar
sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subyek yang melakukan
kegiatan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik-psikis (jasmani-mental)
individu yang memungkinkan subyek dapat belajar. Berdasarkan prinsip kesiapan
ini, dapat dikemukakan beberapa hal yang terkait dengan pembelajaran, yaitu: 1)
individu akan dapat belajar dengan baik, apabila tugas yang diberikan kepadanya
sesuai dengan kesiapan (kematangan usia, kemampuan, minat, dan latar belakang
pengalamannya); 2) kesiapan peserta didik harus dikaji terlebih dahulu untuk
mengetahui kemampuannya; 3) jika individu kurang siap untuk belajar, maka akan
menghambat proses pengaitan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang
dimilikinya; 4) kesiapan belajar menentukan taraf kesiapan untuk menerima
sesuatu yang baru; 5) bahan serta tugas-tugas belajar akan sangat baik apabila
divariasi sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotorik.
b. Prinsip
Motivasi (Motivation)
Menurut Morgan
(1986), motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya
tingkah laku ke arah tujuan tertentu. Ada tidaknya motivasi
individu dapat diamati dari tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai
motivasi yang tinggi, maka ia akan: 1) bersungguh-sungguh menunjukkan minat dan
perhatiannya yang besar, 2) berusaha keras dan menyediakan waktu yang cukup
untuk kegiatan belajar, dan 3) terus bekerja sampai tugas-tugasnya
terselesaikan. Berdasarkan sumbernya, motivasi terbagi menjadi dua, yaitu
motivasi instrinsik (yang datang dari dalam diri peserta didik) dan motivasi
ekstrinsik (yang datang dari lingkungan/luar dirinya).
Prinsip ini apabila dikaitkan
dengan pembelajaran harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1)
Memberikan dorongan (drive). Tingkah laku individu akan terdorong ke arah tujuan apabila
ada kebutuhan. Kebutuhan ini yang mendorong timbulnya motivasi instrinsik untuk
mencapai tujuan yang diharapkannya. Setelah tujuan dapat dicapai, maka biasanya
intensitas dorongannya menurun. Hubungan ini dapat digambarkan sebagaimana
gambar 2.1. berikut:
Gambar 2.1.
Hubungan motivasi dan kebutuhan (teori Morgan, 1986)
Sumber: Muhaimin (dkk.), Paradigma Pendidikan Islam; Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002) hlm.
139.
2)
Memberikan insentif, yaitu tujuan yang menyebabkan
seseorang bertingkah laku. Setiap individu mengharapkan kesenangan dengan mendapatkan
insentif positif dan ia akan menghindari insentif yang bersifat negatif. Maka
dalam praktek pembelajaran, peserta didik bisa diberi penghargaan sesuai dengan
kadar kemampuan yang dicapai. Bila perlu insentif dapat diberikan secara
bertahap sesuai tahap tingkatan yang dapat dicapainya.
3)
Motivasi berprestasi. Mc Celland mengemukakan bahwa motivasi
merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu: a) harapan untuk melakukan suatu tugas
dengan berhasil, b) prestasi tertinggi tentang nilai tugas, dan c) kebutuhan
untuk keberhasilan. Maka dari itu, pendidik perlu mengetahui mana peserta didik
yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dan yang rendah.
4)
Motivasi kompetensi. Setiap peserta didik mempunyai
keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan berusaha menaklukkan
lingkungannya. Motivasi belajar tidak lepas dari keinginannya untuk menunjukkan
kemampuan yang dimilikinya.
5) Motivasi
kebutuhan menurut Maslow. Menurut Maslow, manusia memiliki kebutuhan yang
bersifat hierarki, mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut memberikan motivasi bagi individu untuk memenuhinya.
c. Prinsip
Perhatian
Perhatian
merupakan strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan, yaitu: 1)
berorientasi pada suatu masalah, 2) meninjau sepintas isi masalah, 3)
memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan, dan 4) mengabaikan stimulus yang
tidak relevan. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang
sangat besar pengaruhnya. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk: a) mengarahkan
diri pada tugas yang akan diberikan, b) melihat masalah-masalah yang akan
diberikan, 3) memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan,
dan 4) mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan. Untuk mempengaruhi perhatian
peserta didik, Chield mengajukan beberapa prinsip, yaitu: 1) harus
memperhatikan faktor-faktor internal yang mempengaruhi belajar, meliputi minat,
kelelahan, karakteristik peserta didik, dan motivasi; 2) memperhatikan faktor-faktor
eksternal, meliputi intensitas stimulus, kemenarikan stimulus yang baru,
keragamannya dan sebagainya.
d. Prinsip
Persepsi
Persepsi
adalah sesuatu yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima
atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Semua proses belajar
selalu dimulai dari persepsi. Persepsi dianggap sebagai kegiatan awal struktur
kognitif seseorang. Perspesi bersifat relatif, selektif, dan teratur. Oleh
karena itu, sejak dini ditanamkan kepada peserta didik memiliki persepsi yang
baik dan akurat terhadap apa yang dipelajari, karena hal itu akan mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan kegiatan belajarnya. Agar persepsi berfungsi secara
efektif, maka kemampuan untuk mengadakan persepsi tentang sesuatu dijadikan
sebagai kebiasaan dalam memulai pembelajaran. Prinsip-prinsip umum yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah 1) makin baik persepsi mengenai
sesuatu, makin mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu tersebut, 2) dalam
pembelajaran, perlu dihindari persepsi yang salah karena akan memberikan
pengertian yang salah pula pada peserta didik tentang apa yang dipelajari, 3)
dalam pembelajaran perlu diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat
mendekati benda sesungguhnya sehingga peserta didik mempunyai persepsi yang
akurat.
e. Prinsip
Retensi
Retensi adalah
apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah individu mempelajari
sesuatu. Dengan retensi, membuat apa yang dipelajari individu tertinggal lebih
lama dalam struktur kognitifnya dan dapat diingat kembali apabila diperlukan. Untuk
meningkatkan retensi belajar, Thomburg dan Chauham (1979) mengemukakan beberapa
prinsip yang harus diperhatikan, yaitu 1) isi pembelajaran yang bermakna akan
lebih mudah diingat, 2) benda yang jelas dan kongkrit akan lebih mudah diingat
dibandingkan yang abstrak, 3) retensi akan lebih baik untuk isi pembelajaran yang
bersifat kontekstual atau kata-kata yang memiliki kekuatan asosiatif, 4) berikan
resitasi, untuk meningkatkan aktifitas peserta didik, 5) susun konsep yang
jelas, dan 6) berikan latihan pengulangan terutama pembelajaran keterampilan
motorik. Ada
tiga faktor yang dapat mempengaruhi retensi belajar, yaitu apa yang dipelajari
di permulaan (original learning),
belajar melebihi penguasaan (over
learning) dan pengulangan dengan interval waktu (spaced review).
f.
Prinsip Transfer
Transfer
merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat mempengaruhi
proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarti
pengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru
dipelajari. Atau aplikasi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, respon
lain dari satu situasi kepada situasi yang lain. Terdapat beberapa bentuk
transfer, yaitu transfer positif, transfer negatif dan transfer nol. Transfer positif
terjadi apabila pengalaman sebelumnya dapat membantu dalam unjuk kerja dalam
tugas-tugas baru. Transfer negatif terjadi apabila pengalaman yang diperoleh
sebelumnya menghambat unjuk kerja dalam tugas-tugas baru dan transfer nol
terjadi apabila pengalaman yang diperoleh sebelumnya tidak memberikan pengaruh
sama sekali terhadap unjuk kerja yang baru. Adapun proses yang terjadi dalam
transfer adalah a) pengelompokkan, generalisasi, dan strukturisasi materi, b)
terdapat hubungan dalam berbagai bentuk maupun ukuran, c) adanya struktur dalam,
dan d) adanya proses berpikir yang konsisten.
Sedangkan Nana Syaodih dalam bukunya Landasan
Psikologi Proses Pendidikan mengemukakan terdapat sepuluh prinsip-prinsip
belajar yaitu; 1) belajar merupakan bagian
dari perkembangan, 2) belajar berlangsung seumur hidup, 3) keberhasilan belajar
dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta
usaha individu itu sendiri, 4) belajar mencakup semua aspek kehidupan; meliputi
kognitif, afektif dan psikomotorik, 5) kegiatan belajar berlangsung pada setiap
tempat dan waktu, 6) belajar berlangsung dengan atau tanpa guru, 7) belajar yang
berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi, 8) perbuatan belajar berfariasi
dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks, 9) dalam belajar
dapat terjadi hambatan-hambatan.
Dari dua pendapat di atas, maka pendapat yang pertama
merupakan prinsip dalam proses pembelajaran, sedangkan pendapat yang kedua
merupakan belajar secara umum. Maka, prinsip-prinsip belajar dalam proses
pembelajaran meliputi kesiapan peserta didik dalam dalam proses pembelajaran,
motivasi peserta didik untuk senantiasa mengikuti pembelajaran, perhatian,
persepsi, kekuatan retensi, dan transfer agar pengetahuan yang telah dipelajari
dapat diaplikasikan pada situasi yang lain.