Konsepsi Manusia Menurut Barat
Konsepsi Manusia Menurut Barat
Asumsi tentang manusia merupakan penentu bagaimana perlakuan yang
seharusnya diberikan kepadanya dalam proses belajar. Dilihat dari landasan
psikologisnya, terdapat tiga konsepsi manusia dalam Pandangan Barat yang yaitu:
1.
Pandangan
Nativisme, berpendapat bahwa perkembangan hidup individu itu semata-mata
ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir. Salah satu tokohnya adalah
Arthur Schopenhouer. Berdasarkan pandangan ini, keberhasilan belajar ditentukan
oleh individu itu sendiri. Akibatnya, faktor-faktor eksternal seperti
pendidikan, lingkungan sekitar, dan pengalaman tidak ada artinya bagi
perkembangan hidup manusia.
2.
Pandangan
Empirisme merupakan kebalikan dari aliran nativisme, yang menyatakan bahwa anak
sejak lahir belum memiliki sifat bawaan apapun. Oleh karena itu, aliran ini menjadikan
faktor eksternal sebagai faktor yang paling dominan terhadap proses
perkembangan hidup manusia. Faktor yang disengaja (dalam hal ini usaha
pendidikan) dipandang menentukan perkembangan dan baik-buruknya manusia.
Tokohnya adalah John Locke yang terkenal dengan teori ”tabula rasa”.
3.
Pandangan Konvergensi atau Interaksionisme yang
berpendapat bahwa perkembangan hidup manusia tidak hanya dilihat dari sifat
bawaan (hereditas), melainkan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
pendidikan. tokohnya adalah William Stern. Ia berpendapat bahwa seorang anak yang
dilahirkan sudah disertai dengan pembawaan baik maupun buruk. Dalam proses
perkembangannya, faktor bawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai
peranan yang penting.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka
terdapat perbedaan yang signifikan antar psikolog Barat dalam memandang manusia,
yaitu nativisme yang optimis terhadap bakatnya, empirisme yang mengagungkan faktor
eksternal dalam pembentukan kepribadian manusia, dan konvergensi sebagai
perpaduan antara keduanya. Berpijak dari konsepsi manusia ini akan berimplikasi
pada teori belajar.