Kebenaran Pengetahuan
Kebenaran Pengetahuan
Kebenaran pengetahuan
merupakan implikasi dari sumber pengetahuan itu sendiri. Jika pengetahuan Barat
mengandalkan empiris dan rasional, maka menurut pandangan mereka, pengetahuan
dikatakan benar apabila sesuai dengan kenyataan yang ada dan sesuai dengan
akalnya. Dari sini, teori kebenaran dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
kebenaran realisme dan idealisme. Padangan realisme berpendapat bahwa
pengetahuan dianggap benar dan tepat apabila sesuai dengan kenyataan.
Teori ini didukung oleh Bertand Russell dengan teori korespondensinya, Charles
S. Peirce dengan teori pragmatismenya dan para ahli konstruktivis.
Sedangkan
kebenaran idealisme menandaskan bahwa hakikat kebenaran pengetahuan didasarkan
pada alam ”ide”, terutama akal. Realita yang ditangkap panca indera manusia
sudah ditentukan sebelumnya dalam alam ”ide” itu. Pandangan ini didukung oleh
Socrates dan Aristoteles dengan teori koherensinya.
Berdasarkan
dua teori tersebut, maka kebenaran dalam pengetahuan Barat bersifat relatif. Karena
pengetahuan itu bukan barang mati yang sekali jadi, melainkan suatu proses yang
terus berkembang. Dan tidak menutup kemungkinan pengetahuan yang lama akan
digugurkan oleh pengetahuan yang baru apabila dianggap sudah tidak relevan
lagi.
Kesimpulan
yang bisa diambil adalah pengetahuan yang benar itu bisa dilihat dari dua hal,
yaitu kesesuaiannya dengan realitas atau fakta yang ada dan kesesuaiannya
dengan akal manusia yang bersifat subyektif. Hal ini menunjukkan bahwa
kebenaran pengetahuan dalam perspektif Barat bersifat relatif, karena
pengetahuan akan berkembang terus-menerus dan pengetahuan yang lama akan digugurkan
oleh pengetahuan yang baru.