Sekelumit Kemeriahan Indonesian Week di Jepang
Indonesian Week adalah salah satu program yang merupakan bagian dari
program tahunan di APU bernama Multicultural Week atau minggu multi
budaya. Setiap perkumpulan pelajar dari negara masing-masing diberikan
kesempatan selama seminggu untuk memperkenalkan budaya mereka di areal
kampus.
Untuk itulah para pelajar Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan Ritsumeikan Asia Pacific University Indonesia Society menggelar pentas budaya bertajuk Indonesian Week setiap tahunnya guna memperkenalkan kenekaragaman budaya yang menjadi kebanggaan Indonesia.
Dengan mengusung tema “Indonesia for Every one”, Indonesia Week 2013 ditutup dengan pentas drama cerita rakyat Sumatera Barat, Malinkundang, yang diracik dengan sejumlah pagelaran seni dan budaya khas Indonesia seperti tari tradisional, peragaan busana daerah dan alat musik yang pastinya juga khas Indonesia, pada Jumat (28/6) malam di Beppu, Oita, Jepang.
Selain Saman dan Malin Kundang, sejumlah tari daerah juga ditampilkan untuk merebut hati penonton di sela kurang lebih tiga jam pertunjukan berlangsung. Tarian tersebut adalah Tari Piring asal Sumatera Barat, Tari Rentak Besapih asal Jambi Tari Renggong Manis asal Betawi dan tari Kecak asal Bali. Sedangkan alat musik yang dimainkan yaitu alat musik khas Manado Kolintang yang dimainkan bersama alat-alat musik moderen dalam sebuah band.
Tentu saja setiap penampilan tetap melibatkan pelajar dari berbagai negara sesuai dengan salah satu maksud dan tujuan acara yang menjadikan Indonesian Week sebagai sarana mempererat persahabatan antar sesama pelajar Indonesia dan internasional.
Meski bukan mengusung konsep drama musikal yang setiap pemainya terlibat bernyanyi selama pementasan berlangsung, selingan tarian, nyanyian, peragaan busana daerah dan musik tetap apik diselipkan di sela-sela cerita.
Contohnya, Tari Piring ditampilkan saat cerita dimulai untuk menggambarkan suasana tempat cerita berlangsung, yaitu Sumatera Barat. Lalu tari Rentak Besapih dimainkan saat seorang saudagar kapal menawarkan orang-orang kampung termasuk Malin untuk turut berlayar dengan kapalnya.
Sukses menaklukan bajak laut yang berusaha merebut kapal sang saudagar, Malin disuguhi tarian Renggong Manis untuk merayakan kemenangan tersebut yang disusul dengan peragaan busana tradisional Indonesia koleksi si saudagar untuk memersilahkan Malin memilih baju yang pantas untuk dikenakan karena ia telah diangkat menjad kapten.
Tidak hanya busana tradisional pria yang di peragakan oleh lima peragawan dadakan yang muncul secara dramatis menembus properti tembok di sudut kiri panggung, lima wanita cantik gemulai juga menjadi perawagati sehari memeragakan busana tradisional Indonesia saat saudagar kapal menawarkan Malin untuk mempersunting satu dari kelima wanita rupawan tersebut.
Benar-benar racikan budaya yang sempurna. Di penghunjung cerita, Tari Kecak menjadi pengantar kutukan ibunda Malin yang mengutuk anaknya menjadi batu karena telah durhaka tidak mengakui dirinya sebagai ibu.
Untuk itulah para pelajar Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan Ritsumeikan Asia Pacific University Indonesia Society menggelar pentas budaya bertajuk Indonesian Week setiap tahunnya guna memperkenalkan kenekaragaman budaya yang menjadi kebanggaan Indonesia.
Dengan mengusung tema “Indonesia for Every one”, Indonesia Week 2013 ditutup dengan pentas drama cerita rakyat Sumatera Barat, Malinkundang, yang diracik dengan sejumlah pagelaran seni dan budaya khas Indonesia seperti tari tradisional, peragaan busana daerah dan alat musik yang pastinya juga khas Indonesia, pada Jumat (28/6) malam di Beppu, Oita, Jepang.
Selain Saman dan Malin Kundang, sejumlah tari daerah juga ditampilkan untuk merebut hati penonton di sela kurang lebih tiga jam pertunjukan berlangsung. Tarian tersebut adalah Tari Piring asal Sumatera Barat, Tari Rentak Besapih asal Jambi Tari Renggong Manis asal Betawi dan tari Kecak asal Bali. Sedangkan alat musik yang dimainkan yaitu alat musik khas Manado Kolintang yang dimainkan bersama alat-alat musik moderen dalam sebuah band.
Tentu saja setiap penampilan tetap melibatkan pelajar dari berbagai negara sesuai dengan salah satu maksud dan tujuan acara yang menjadikan Indonesian Week sebagai sarana mempererat persahabatan antar sesama pelajar Indonesia dan internasional.
Meski bukan mengusung konsep drama musikal yang setiap pemainya terlibat bernyanyi selama pementasan berlangsung, selingan tarian, nyanyian, peragaan busana daerah dan musik tetap apik diselipkan di sela-sela cerita.
Contohnya, Tari Piring ditampilkan saat cerita dimulai untuk menggambarkan suasana tempat cerita berlangsung, yaitu Sumatera Barat. Lalu tari Rentak Besapih dimainkan saat seorang saudagar kapal menawarkan orang-orang kampung termasuk Malin untuk turut berlayar dengan kapalnya.
Sukses menaklukan bajak laut yang berusaha merebut kapal sang saudagar, Malin disuguhi tarian Renggong Manis untuk merayakan kemenangan tersebut yang disusul dengan peragaan busana tradisional Indonesia koleksi si saudagar untuk memersilahkan Malin memilih baju yang pantas untuk dikenakan karena ia telah diangkat menjad kapten.
Tidak hanya busana tradisional pria yang di peragakan oleh lima peragawan dadakan yang muncul secara dramatis menembus properti tembok di sudut kiri panggung, lima wanita cantik gemulai juga menjadi perawagati sehari memeragakan busana tradisional Indonesia saat saudagar kapal menawarkan Malin untuk mempersunting satu dari kelima wanita rupawan tersebut.
Benar-benar racikan budaya yang sempurna. Di penghunjung cerita, Tari Kecak menjadi pengantar kutukan ibunda Malin yang mengutuk anaknya menjadi batu karena telah durhaka tidak mengakui dirinya sebagai ibu.