Tentang Pewayangan
Pewayangan
1) Tinjauan Terminologi Wayang
Kata “wayang” dalam bahasa Jawa
berarti “wayangan” sedangkan dalam bahasa Indonesia berarti “bayangan” atau “baying-bayang”
yang dapat diartikan “samara-samar” atau kurang jelas.
Sedangkan menurut W.J.S Poerwadarminto dalam
kamus umum Bahasa Indonesia, kata wayang gambar atau tiruan orang dan
sebagainya dibuat dari kulit, kayu dan sebagainya untuk mempertunjukan suatu
lakon.
Wayang oleh masyarakat Jawa Tengah juga disebut
dengan “ringgit” yang diartikan sebagai “miring dianggit”. Menurut Ki
Marwoto Panenggak Widodo “ringgit” mempunyai arti :
“Miring Inggit” miring karena wayang kulit bersikap
miring yaitu kedua bahu tanganya tidak seimbang, dengan posisi badan menghadap
kepada kita. Dianggit artinya dicipta sehingga wayang dapat digerakkan seperti
orang yang berjalan”
Sedangkan arti wayang menurut istilah
sebagaimana yang dikatakan oleh Dr.Th.Pigeud yang telah dikutip
oleh Effendi Zarkasi dalam bukunya Unsur Islam Dalam Pewayangan
sebagai berikut :
“Boneka
yang dipertunjukan (wayang itu sendiri), zaman pertunjukannya
dihidangkan dalam berbagai bentuk terutama yang mengandung pelajaran
(wejangan-wejangan)… pertunjukan itu diiringi dengan musik gamelan (instrument)
slendro”
Sedangkan Senawangi memberikan
pengertian wayang seperti yang tertulis dalam serat centhini dengan istilah
“wayang Purwa” sebagai berikut :
“lebih-lebih
menurut kabar dalam
serat centhini, Sri
Jayabaya itu yang mempunyai
gagasan gambar “wayang Purwa” dilukis pada daun tal mulai dari gambar Sang
Hyang Jagadnata sampai Bambang Parikenan. Disebut wayang karena wujud yang akan
dibayangkan didalam batin sehingga menimbulkan gambaran/bayangan yang jelas,
disebut “purwa” karena yang dicipta adalah segala yang telah lalu”.
Jadi
wayang kulit adalah bayangan atau tiruan orang yang dibuat dari kulit yang
mengandung pelajaran/wejangan yang pertunjukannya diiringi dengan gamelan.
Dikatakan bayang-bayang
karena dalam pertunjukannya,
penonton hanya melihat pada bayangan benda-benda seni itu ketika dipagelarkan
dengan lampu yang tergantung diatas dalang.
Istilah
“Ringgit” menurut penulis tidak hanya sekedar diartikan dengan gamar miring
inggit, tetapi lebih dari itu. Ringgit adalah gambar miring yang disanggit,
maksudnya gambar miring adalah wujud dari wayang yang dicipta dengan berbagai
macam karakteristiknya pada kulit baik kayu maupun kulit hewan. Sedangkan
sanggit adalah kemampuan dalang yang lahir dari kedalaman filsafat dan
kemahiran penguasaan sehingga dapat menghidupkan atau mendramatisir setiap
adegan. Pocopan/jaturan dan dialog untuk menyampaikan kesan dan pesan tertentu
sesuai dega embanan yang dipikulnya.
Kemampuan
sanggit seseorang dalang sangat berpengaruh pada diri seseorang penonton.
Sering presepsi penonton atau pendengar pagelaran wayang berbeda-beda ketika
suatu lakon yang sama dipentaskan oleh dalang yang berbeda.