Karakteristik Atau Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi
Karakteristik Atau
Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi
Karakteristik kurikulum
berbasis kompetensi antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian
kompetensi dan pengembangan sistem pembelajaran.
Depdiknas (2002) mengemukakan
bahwa KBK memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Menekankan pada ketercapaian
kompetensi peserta didik baik secara individual maupun klasikal.
- Berorientasi pada hasil
belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
- Pencapaian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
- Sumber belajar bukan hanya
guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
- Penilaian menekankan pada
proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi.
Sedangkan
menurut E Mulyasa dalam bukunya yang berjudul
"Kurikulum Berbasis Kompetensi" menerangkan bahwa sedikitnya ada enam
karakteristik kurikulum berbasis kompetensi yaitu:
- Sistem belajar dengan modul
Modul disini adalah suatu paket
kurikulum yang disediakan untuk belajar sendiri, sedangkan yang dimaksud
pengajaran modul disini adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya
didasarkan atas modul, misalnya seorang guru menggunakan metode tradisional,
akan tetapi juga menggunakan modul baik itu sebagian ataupun secara
keseluruhan.
Tujuan dari pengajaran ini adalah
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, baik
waktu dan fasilitas maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.
- Mengunakan keseluruhan sumber
belajar
Mengunakan sumber belajar secara
maksimal sangat dibutuhkan agar dalam proses belajar mengajar tidak terjadi
kevakuman, bukan hanya guru yang aktif tatapi keaktifan peserta didik lebih
diutamakan, selain itu untuk melengkapi, memelihara dan memperkaya khazanah
belajar, sumber belajar juga dapat meningkatkan aktivitas dan kreatifitas
peserta didik, yang sangat menguntungkan baik bagi guru maupun peserta didik.
- Pengalaman lapangan
Dalam KBK lebih menekankan pada
pengalaman lapangan yang dapat secara sistematis melibatkan masyarakat dalam
pengembangan program, aktifitas dan evaluasi pembelajaran. Keterlibatan ini
sangat penting karena masyarakat adalah pemakai dari produk pendidikan, selain
itu pengalaman lapangan ini dapat mengakrabkan antara guru dengan peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar, karena dengan adanya keakraban tersebut dapat
menambah kekuatan dan minat peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran dan
terlindunginya guru terhadap rasa tidak senang peserta didik.
- Strategi belajar individual
personal
Belajar individual adalah belajar
berdasarkan tempo belajar peserta didik, sedangkan belajar personal adalah
interaksi edukatif berdasarkan keunikan peserta didik (bakat, minat dan
kemapuan). Dalam strategi ini tidak hanya sekedar individualisasi dalam
pembelajaran untuk memnuhi kebutuhan-kebutuhan kognitif peserta didik, tetapi
mencakup respon-respon terhadap perasaan pribadi dan kebutuhan pertumbuhan
psikososial peserta didik.
- Kemudahan belajar
Kemudahan belajar disini diberikan
melalui kombinasi antara pembelajaran individual dengan pengalaman pembelajaran
dan pembelajaran secara tim. Hal tersebut dilakukan melalui berbagai media
komunikasi yang dapat didayagunakan secara optimal untuk memberikan kemudahan
dalam belajar untuk mencapai atau menguasai kompetensi tertentu.
- Belajar tuntas (Mastery
learning)
Strategi belajar tuntas ini dikembangkan
oleh Bloom (1968), strategi belajar ini maksudnya adalah dikuasainya seluruh
materi pelajaran oleh peserta didik (penguasaan secara penuh), kembali pada
tujuan akhir guru mengajar adalah agar seluruh bahan yang disampaikan dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik, bukan hanya oleh sebagian orang saja yang
diberikan angka tertinggi.
Dari sini jelas bahwa belajar
tuntas harus diterapkan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.