Inflasi 2013 Diperkirakan Delapan Persen
Jakarta: Pengamat ekonomi Ninasapti Triaswati
memerkirakan inflasi selama tahun ini akan mencapai delapan persen
karena dipengaruhi faktor kenaikan harga bahan bakar minyak dan terkait
hari besar keagamaan seperti Ramadan dan Idul Fitri.
"Dengan kenaikan harga BBM, biaya transportasi pasti naik sehingga akan memengaruhi harga komoditas pangan meskipun komponen-komponennya tidak hanya BBM," kata Ninasapti Triaswati ketika dihubungi di Jakarta. Nina mengatakan inflasi Juni yang ditargetkan pemerintah sebesar tujuh persen sangat mungkin meleset plus/minus satu persen.
Dengan kondisi saat ini, yang paling memungkinkan ialah plus satu persen sehingga akan menjadi delapan persen. Ia mengatakan kenaikan biaya transportasi sangat bergantung pada negosiasi pemerintah dengan pengusaha angkutan sehingga pemerintah seharusnya bisa menjaga kenaikan biaya transportasi.
Menurut Nina, penaikan harga transportasi yang ideal paling banyak 20 persen. Itu pun tidak harus semua angkutan umum naik karena ada yang tidak menggunakan BBM bersubsidi. "Angkutan Trans-Jakarta, misalnya, sudah menggunakan bahan bakar gas (BBG). Bukan berarti penaikan harga BBM harus selalu dibarengi dengan penaikan tarif semua angkutan umum," tuturnya.
Nina mengatakan ukuran inflasi di Indonesia ialah harga komoditas pangan utama yang sangat dipengaruhi dengan pasokan dan permintaan. Apabila biaya transportasi tinggi dipastikan harga komoditas pangan juga akan tinggi.
"Karena itu, kunci untuk mengendalikan inflasi ialah menekan biaya transportasi dengan melakukan diversifikasi energi sehingga pengangkutan komoditas pangan bisa dilakukan dengan biaya yang murah. BBG bisa menjadi salah satu alternatif," katanya. Bila transportasi umum seperti Trans-Jakarta, bajaj, dan sebagian taksi sudah bisa menggunakan BBG tentu transportasi untuk pengangkutan komoditas pangan juga bisa dikembangkan menggunakan BBG
"Dengan kenaikan harga BBM, biaya transportasi pasti naik sehingga akan memengaruhi harga komoditas pangan meskipun komponen-komponennya tidak hanya BBM," kata Ninasapti Triaswati ketika dihubungi di Jakarta. Nina mengatakan inflasi Juni yang ditargetkan pemerintah sebesar tujuh persen sangat mungkin meleset plus/minus satu persen.
Dengan kondisi saat ini, yang paling memungkinkan ialah plus satu persen sehingga akan menjadi delapan persen. Ia mengatakan kenaikan biaya transportasi sangat bergantung pada negosiasi pemerintah dengan pengusaha angkutan sehingga pemerintah seharusnya bisa menjaga kenaikan biaya transportasi.
Menurut Nina, penaikan harga transportasi yang ideal paling banyak 20 persen. Itu pun tidak harus semua angkutan umum naik karena ada yang tidak menggunakan BBM bersubsidi. "Angkutan Trans-Jakarta, misalnya, sudah menggunakan bahan bakar gas (BBG). Bukan berarti penaikan harga BBM harus selalu dibarengi dengan penaikan tarif semua angkutan umum," tuturnya.
Nina mengatakan ukuran inflasi di Indonesia ialah harga komoditas pangan utama yang sangat dipengaruhi dengan pasokan dan permintaan. Apabila biaya transportasi tinggi dipastikan harga komoditas pangan juga akan tinggi.
"Karena itu, kunci untuk mengendalikan inflasi ialah menekan biaya transportasi dengan melakukan diversifikasi energi sehingga pengangkutan komoditas pangan bisa dilakukan dengan biaya yang murah. BBG bisa menjadi salah satu alternatif," katanya. Bila transportasi umum seperti Trans-Jakarta, bajaj, dan sebagian taksi sudah bisa menggunakan BBG tentu transportasi untuk pengangkutan komoditas pangan juga bisa dikembangkan menggunakan BBG
