Tentang Pendidikan Indonesia
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Pearson, Indonesia termasuk di peringkat yang sangat rendah. Sungguh menakutkan.
Pendidikan
sejatinya adalah modal dasar sebuah bangsa untuk mencapai kemajuan.
Dengan pendidikan, penguasaan terhadap teknologi akan dicapai lebih
mudah. Suatu negara yang sudah menguasai teknologi, maka akan lebih
mudah ia menguasai dunia. Hal ini sudah dibuktikan oleh negara-negara
Barat yang mampu menguasai teknologi. Kini, seharusnya kita sadar bahwa
mereka yang berilmu tentu akan lebih banyak berbicara di percaturan
global.
Indonesia
harus mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Dilihat dari statistik
berbagai lembaga survei, kualitas kita masih cukup rendah. Bila
dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura, terlihat jurang pemisah yang
cukup besar. Kita masih harus belajar, bagaimana cara untuk mengajar
dengan benar. Tenaga pendidik, fasilitas pendidikan, dan kualitas
didikan harus dioptimalkan.
Kualitas
guru di Indonesia bisa dibilang masih cukup rendah. Guru juga kurang
terlihat kesejahteraannya. Dengan gaji seadanya, mereka harus mengajar
seharian penuh. Finlandia, pemegang kualitas tertinggi dalam pendidikan
rupanya sudah mencari pendidik yang handal sejak awal. Minimal bergelar
magister, dan harus lulusan 10 terbaik dari setiap fakultas. Syarat yang
cukup ketat untuk seorang guru. Mereka pun digaji tinggi. Di Indonesia bisa dilihat bahwa kesarjanaan guru masih kurang. Guru yang belum mampu mengajar pun terpaksa mengajar. Interaksi
dengan murid pun menjadi kurang hidup. Masih banyak guru yang
menggunakan metode mengajar lama, hanya dari guru ke murid. Murid tak
banyak dilibatkan. Proses pengajaran pun menjadi membosankan, dan
akhirnya membuat murid malas belajar. Guru-guru berkualitas pun masih
terkumpul di kota-kota besar. Pemerataan akses pendidikan pun kurang.
Banyak daerah pelosok yang tak memiliki guru. Ini harus segera
diperbaiki.
Kualitas
pendidik yang kurang, rupanya juga memengaruhi kualitas didikan. Murid
banyak yang malas belajar, PR menumpuk, takut matematika, takut IPA,
takut IPS, hanya senang olahraga, dan banyak keluhan lainnya. Di saat
ujian pun, masih banyak yang gemar menyontek. Murid hanya ingin cara
instan mendapat nilai, guru pun ada yang menggratiskan nilai. Tanpa
ulangan, nilai sudah bagus. Hasilnya, murid secara kuantitas nilai
tinggi, namun kualitas akademik kurang.
Gedung
sekolah banyak yang rusak, dana bantuan pun tak jelas, banyak daerah
terpencil yang tak punya sekolah, dan masih banyak lagi yang memilukan
dari fasilitas pendidikan di Indonesia. Alokasi dana pendidikan sebanyak
20% pun kurang efektif berjalan. Banyak sekolah yang untuk
menjangkaunya pun, harus berjuang sepanjang jalan. Belum lagi kualitas
guru yang kurang inovatif dan kurang membangun karakter bangsa.
Ketersediaan buku teks siswa pun masih sekadarnya. Kebutuhan siswa
kurang tertampung, kebutuhan guru pun secukupnya.
Melihat
pelajar Indonesia pun ada dua golongan. Golongan pertama, mereka yang
sungguh-sungguh belajar, rajin membaca, patuh terhadap guru,
berprestasi, berperilaku terpuji, dan jujur. Inilah kualitas yang
diharapkan. Atau mungkin sering bolos, kalaupun datang terlambat, malas
belajar, sering menyontek, dan tidak antusias. Hal ini harus dihindari.
Ingatlah, bahwa kemajuan Indonesia hanya dapat diraih bila semua elemen
masyarakat melakukan tugas secara tepat.
Berdasarkan
penjelasan di atas, tepatlah jika kita harus bekerja keras memperbaiki
kualitas pendidikan Indonesia. Semua harus dimulai dari sekarang. Kepada
para guru, bersikaplah profesional, mengajarlah dengan ikhlas, dan
jadilah panutan bagi murid. Kepada para pelajar, buktikanlah bahwa
dengan kejujuran, semua akan diraih dengan halal. Belajarlah dengan
giat, karena Andalah tumpuan harapan bangsa. Kepada pemerintah,
fasilitasilah sekolah, bentuklah metode pengajaran yang baik, tanamkan
pendidikan moral dan budaya. Dengan itu, Indonesia akan memiliki anak
yang cerdas, namun berbudaya baik. Teruslah perbaiki dari sekarang.
Karena kita yakin, Indonesia akan menjadi pemimpin ke depan.