Konsep Pendidikan Luar Sekolah 1. Definisi Pendidikan Luar Sekolah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mencantumkan bahwa : “Sistem pendidikan nasional merupakan sistem terencana yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dalam mewujudkan masyarakat Pancasila”. Untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional, telah dibentuk subsistem pendidikan sekolah dan subsistem pendidikan luar sekolah. Kedua sistem pendidikan tersebut memiliki kedudukan yang sama dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu dari sistem pendidikan nasional. Ruang lingkupnya sangat luas dan kompleks. Agar lebih memudahkan dan memahami pengertian mengenai Pendidikan Luar Sekolah, berikut ini adalah definisi yang diebrikan oleh salah satu ahli Pendidikan Luar Sekolah, yaitu Sudjana (1991:7), memberikan batasan mengenai Pendidikan Luar Sekolah sebagai berikut : ”Setiap usaha pendidikan dalam arti luas yang padanya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan di luar sekolah sehingga seseorang atau sekelompok orang memperoleh informasi tentang pengetahuan, latihan dan bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai yang memungkinkan baginya untuk menjadi peserta yang lebih efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaannya, lingkungan masyarakat dan bahkan lingkungan negara. Sedangkan Napitupulu (1981) dalam Sudjana (2001:49) memberi batasan bahwa : ”Pendidikan luar sekolah adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem sekolah, berlangsung seumur hidup, dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia (sikap, tindak dan karya) sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar-mengajar dan mampu meningkatkan taraf hidupnya.” Selanjutnya dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah RI No.73 tentang Pendidikan Luar Sekolah, dikemukakan bahwa “Pendidikan Luar Sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik dilembagakan atau tidak”. Selanjutnya Coombs dalam Sudjana (2001:22), mengemukakan pengertian Pendidikan Luar Sekolah sebagai berikut : “Pendidikan Non Formal ialah setiap kegiatan terorganisir dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya”. Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan Pendidikan Luar Sekolah dilakukan secara terprogram, terencana, dilakukan secara mandiri ataupun merupakan bagian pendidikan yang lebih luas untuk melayani peserta didik dengan tujuan mengembangkan kemampuan-kemampuan seoptimal mungkin serta untuk mencapai kebutuhan hidupnya. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah sebagai subsistem pendidikan nasional adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan nilai-nilai rohani dan jasmaniah peserta didik (warga belajar) atas dasar potensi-potensi yang dimiliki oleh mereka sehingga terwujud insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki semangat juang, loyal, serta mencintai tanah air, masyarakat, bangsa dan negara. b. Untuk mengembangkan cipta, rasa dan karsa peserta didik agar mereka mampu memahami lingkungan, bertindak kreatif dan dapat mengaktualisasikan diri. c. Untuk membantu peserta didik dalam membentuk dan menafsirkan pengalaman mereka, mengembangkan kerjasama, dan pastisipasi aktif mereka dalam memenuhi kebutuhan bersama dan kebutuhan masyarakat. d. Untuk mengembangkan cara berfikir dan bertindak kritis terhadap dan di dalam lingkungannya, serta untuk memiliki kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, walaupun dalam bentuknya yang paling sederhana, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi penghidupan dan kehidupan dirinya dan masyarakat. e. Untuk mengembangkan sikap moral, tanggung jawab sosial, pelestarian nilai-nilai budaya, serta keterlibatan diri peserta didik dalam perubahan masyarakat dengan berorientasi ke masa depan. 2. Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan Luar Sekolah sebagai subsistem nilai dari Pendidikan Nasional mempunyai nilai yang berbeda dengan pendidikan sekolah. Menurut model Paulston dalam Sudjana (2001:30-33) mencantumkan ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Berikut : a. Dari segi tujuan : 1). Jangka pendek dan khusus, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar tertentu yang berfungsi bagi kehidupan masa kini dan masa depan. 2). Kurang menekankan pentingnya ijazah, hasil belajar, berijazah atau tidak, dapat diterapkan langsung dalam kehidupan di lingkungan pekerjaan atau di masyarakat. 3). Ganjaran diperoleh selama proses dan akhir program, dalam bentuk benda yang diproduksi, pendapatan, keterampilan. b. Dari segi waktu 1) Relatif singkat, jarang lebih dari satu tahun, pada umumnya kurang dari setahun, lamanya tergantung pada kebutuhan belajar peserta didik, persyaratan untuk mengikuti program ialah kebutuhan, minat, dan kesempatan waktu para peserta. 2) Menekankan masa sekarang dan masa depan. Memusatkan layanan untuk memenuhi kebutuhan terasa peserta didik guna meningkatkan kemampuan sosial ekonominya dalam waktu bebas. Menggunakan waktu tidak penuh dan tidak terus menerus, waktu ditetapkan dengan berbagai cara sesuai dengan kesempatan peserta didik, serta memungkinkan untuk melakukan kegiatan belajar sambil bekerja atau berusaha. c. Dari segi isi program 1) Kurikulum berpusat pada kepentingan peserta didik, kurikulum bermacam ragam atas dasar perbedaan kebutuhan belajar peserta didik. 2) Mengutamakan aplikasi, kurikulum lebih menekankan keterampilan yang bernilai guna bagi kehidupan peserta didik dan lingkungan. 3) Persyaratan masuk ditetapkan bersama peserta didik, karena program diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mengembangkan kemampuan potensial peserta didik maka kualifikasi pendidikan formal dan kemampuan baca tulis sering menjadi persyaratan umum. d. Dari segi proses belajar mengajar 1) Dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga, kegiatan belajar dilakukan di berbagai lingkungan (masyarakat, tempat bekerja) atau disatuan pendidikan luar sekolah (sanggar kegiatan belajar) pusat pelatihan dan sebagainya. 2) Berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat, pada waktu mengikuti program, peserta berada dalam dunia kehidupan dan pekerjaannya, lingkungan dihubungkan secara fungsional dengan kegiatan belajar. 3) Struktur program yang fleksibel, program belajar yang bermacam ragam dalam jenis dan urutannya. Pengembangan kegiatan dapat dilakukan sewaktu program sedang berjalan. 4) Berpusat pada peserta didik, kegiatan belajar dapat menggunakan sumber belajar dari berbagai keahlian dan juru didik. Peserta didik menjadi sumber belajar, lebih menitikberatkan kegiatan membelajarkan peserta didik dari pada mengajar. 5) Peghematan sumber-sumber yang tersedia, memanfaatkan tenaga dan sarana yang terdapat di masyarakat dan lingkungan kerja untuk menghemat biaya. e. Dari segi pengendalian program 1) Dilakukan oleh pelaksana program dan peserta didik, pengendalian tidak terpusat, koordinasi dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait, otonomi terdapat pada tingkat program dan daerah dan menekankan pada inisiatif dan partisipasi di tingkat daerah. 2) Pendekatan demokratis, hubungan antara pendidik dan peserta didik bercorak hubungan sejajar atas dasar kefungsian. Pembinaan program dilakukan secara demoktratis antara pendidika, peserta didik dan pihak lain yang berpartisipasi. 3. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan luar sekolah pada prinsipnya memiliki tujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam kualitas dan potensi dirinya melalui pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat, hal ini sebagaimana dikemukakan Seameo dalam Sudjana (2001:47) sebagai berikut : “Tujuan pendidikan luar sekolah adalah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai-nilai yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan serta secara efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya, pekerjaannya, masyarakat, dan bahkan negaranya”. Dengan demikian pendidikan luar sekolah tidak hanya membekali warga belajarnya dengan sejumlah kemampuan (pengetahuan, sikap, dan lain-lain) melainkan juga mempersiapkan warga belajarnya untuk menjadi sumber daya manusia yang mampu mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya di tengah masyarakat. Namun demikian PLS juga mengutamakan pelayanan kebutuhan individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan pengembangan pribadi mereka melalui proses pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No.73 tahun 1991 bahwa pendidikan luar sekolah bertujuan : a. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayat guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. b. Memenuhi warga belajar agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.
Konsep Pendidikan Luar Sekolah
1. Definisi Pendidikan Luar Sekolah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mencantumkan bahwa :
“Sistem
pendidikan nasional merupakan sistem terencana yang bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dalam mewujudkan
masyarakat Pancasila”.
Untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional, telah dibentuk subsistem
pendidikan sekolah dan subsistem pendidikan luar sekolah. Kedua sistem
pendidikan tersebut memiliki kedudukan yang sama dalam sistem pendidikan
nasional.
Pendidikan
Luar Sekolah merupakan salah satu dari sistem pendidikan nasional.
Ruang lingkupnya sangat luas dan kompleks. Agar lebih memudahkan dan
memahami pengertian mengenai Pendidikan Luar Sekolah, berikut ini adalah
definisi yang diebrikan oleh salah satu ahli Pendidikan Luar Sekolah,
yaitu Sudjana (1991:7), memberikan batasan mengenai Pendidikan Luar
Sekolah sebagai berikut :
”Setiap
usaha pendidikan dalam arti luas yang padanya terdapat komunikasi yang
teratur dan terarah, diselenggarakan di luar sekolah sehingga seseorang
atau sekelompok orang memperoleh informasi tentang pengetahuan, latihan
dan bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan
untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai yang
memungkinkan baginya untuk menjadi peserta yang lebih efisien dan
efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaannya, lingkungan masyarakat
dan bahkan lingkungan negara.
Sedangkan Napitupulu (1981) dalam Sudjana (2001:49) memberi batasan bahwa :
”Pendidikan
luar sekolah adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang
diselenggarakan di luar sistem sekolah, berlangsung seumur hidup,
dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana yang bertujuan untuk
mengaktualisasi potensi manusia (sikap, tindak dan karya) sehingga dapat
terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar-mengajar dan mampu
meningkatkan taraf hidupnya.”
Selanjutnya
dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah RI No.73 tentang Pendidikan Luar
Sekolah, dikemukakan bahwa “Pendidikan Luar Sekolah adalah pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekolah baik dilembagakan atau tidak”.
Selanjutnya Coombs dalam Sudjana (2001:22), mengemukakan pengertian
Pendidikan Luar Sekolah sebagai berikut :
“Pendidikan
Non Formal ialah setiap kegiatan terorganisir dan sistematis, diluar
sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan
bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan
untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan
belajarnya”.
Berdasarkan
definisi tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan Pendidikan Luar Sekolah
dilakukan secara terprogram, terencana, dilakukan secara mandiri ataupun
merupakan bagian pendidikan yang lebih luas untuk melayani peserta
didik dengan tujuan mengembangkan kemampuan-kemampuan seoptimal mungkin
serta untuk mencapai kebutuhan hidupnya.
Fungsi Pendidikan Luar Sekolah sebagai subsistem pendidikan nasional adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan
nilai-nilai rohani dan jasmaniah peserta didik (warga belajar) atas
dasar potensi-potensi yang dimiliki oleh mereka sehingga terwujud insan
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki semangat
juang, loyal, serta mencintai tanah air, masyarakat, bangsa dan negara.
b. Untuk
mengembangkan cipta, rasa dan karsa peserta didik agar mereka mampu
memahami lingkungan, bertindak kreatif dan dapat mengaktualisasikan
diri.
c. Untuk
membantu peserta didik dalam membentuk dan menafsirkan pengalaman
mereka, mengembangkan kerjasama, dan pastisipasi aktif mereka dalam
memenuhi kebutuhan bersama dan kebutuhan masyarakat.
d. Untuk
mengembangkan cara berfikir dan bertindak kritis terhadap dan di dalam
lingkungannya, serta untuk memiliki kemampuan menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, walaupun dalam bentuknya yang paling
sederhana, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi penghidupan dan
kehidupan dirinya dan masyarakat.
e. Untuk
mengembangkan sikap moral, tanggung jawab sosial, pelestarian
nilai-nilai budaya, serta keterlibatan diri peserta didik dalam
perubahan masyarakat dengan berorientasi ke masa depan.
2. Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan
Luar Sekolah sebagai subsistem nilai dari Pendidikan Nasional mempunyai
nilai yang berbeda dengan pendidikan sekolah. Menurut model Paulston
dalam Sudjana (2001:30-33) mencantumkan ciri-ciri Pendidikan Luar
Sekolah Sebagai Berikut :
a. Dari segi tujuan :
1).
Jangka pendek dan khusus, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar
tertentu yang berfungsi bagi kehidupan masa kini dan masa depan.
2).
Kurang menekankan pentingnya ijazah, hasil belajar, berijazah atau
tidak, dapat diterapkan langsung dalam kehidupan di lingkungan pekerjaan
atau di masyarakat.
3). Ganjaran diperoleh selama proses dan akhir program, dalam bentuk benda yang diproduksi, pendapatan, keterampilan.
b. Dari segi waktu
1) Relatif
singkat, jarang lebih dari satu tahun, pada umumnya kurang dari
setahun, lamanya tergantung pada kebutuhan belajar peserta didik,
persyaratan untuk mengikuti program ialah kebutuhan, minat, dan
kesempatan waktu para peserta.
2) Menekankan
masa sekarang dan masa depan. Memusatkan layanan untuk memenuhi
kebutuhan terasa peserta didik guna meningkatkan kemampuan sosial
ekonominya dalam waktu bebas. Menggunakan waktu tidak penuh dan tidak
terus menerus, waktu ditetapkan dengan berbagai cara sesuai dengan
kesempatan peserta didik, serta memungkinkan untuk melakukan kegiatan
belajar sambil bekerja atau berusaha.
c. Dari segi isi program
1) Kurikulum
berpusat pada kepentingan peserta didik, kurikulum bermacam ragam atas
dasar perbedaan kebutuhan belajar peserta didik.
2) Mengutamakan aplikasi, kurikulum lebih menekankan keterampilan yang bernilai guna bagi kehidupan peserta didik dan lingkungan.
3) Persyaratan
masuk ditetapkan bersama peserta didik, karena program diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan dan untuk mengembangkan kemampuan potensial peserta
didik maka kualifikasi pendidikan formal dan kemampuan baca tulis sering
menjadi persyaratan umum.
d. Dari segi proses belajar mengajar
1) Dipusatkan
di lingkungan masyarakat dan lembaga, kegiatan belajar dilakukan di
berbagai lingkungan (masyarakat, tempat bekerja) atau disatuan
pendidikan luar sekolah (sanggar kegiatan belajar) pusat pelatihan dan
sebagainya.
2) Berkaitan
dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat, pada waktu mengikuti
program, peserta berada dalam dunia kehidupan dan pekerjaannya,
lingkungan dihubungkan secara fungsional dengan kegiatan belajar.
3) Struktur
program yang fleksibel, program belajar yang bermacam ragam dalam jenis
dan urutannya. Pengembangan kegiatan dapat dilakukan sewaktu program
sedang berjalan.
4) Berpusat
pada peserta didik, kegiatan belajar dapat menggunakan sumber belajar
dari berbagai keahlian dan juru didik. Peserta didik menjadi sumber
belajar, lebih menitikberatkan kegiatan membelajarkan peserta didik dari
pada mengajar.
5) Peghematan
sumber-sumber yang tersedia, memanfaatkan tenaga dan sarana yang
terdapat di masyarakat dan lingkungan kerja untuk menghemat biaya.
e. Dari segi pengendalian program
1) Dilakukan
oleh pelaksana program dan peserta didik, pengendalian tidak terpusat,
koordinasi dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait, otonomi terdapat pada
tingkat program dan daerah dan menekankan pada inisiatif dan
partisipasi di tingkat daerah.
2) Pendekatan
demokratis, hubungan antara pendidik dan peserta didik bercorak
hubungan sejajar atas dasar kefungsian. Pembinaan program dilakukan
secara demoktratis antara pendidika, peserta didik dan pihak lain yang
berpartisipasi.
3. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan
luar sekolah pada prinsipnya memiliki tujuan untuk mengembangkan sumber
daya manusia dalam kualitas dan potensi dirinya melalui pendidikan yang
berlangsung sepanjang hayat, hal ini sebagaimana dikemukakan Seameo
dalam Sudjana (2001:47) sebagai berikut :
“Tujuan
pendidikan luar sekolah adalah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap,
keterampilan dan nilai-nilai yang memungkinkan bagi seseorang atau
kelompok untuk berperan serta secara efisien dan efektif dalam
lingkungan keluarganya, pekerjaannya, masyarakat, dan bahkan negaranya”.
Dengan
demikian pendidikan luar sekolah tidak hanya membekali warga belajarnya
dengan sejumlah kemampuan (pengetahuan, sikap, dan lain-lain) melainkan
juga mempersiapkan warga belajarnya untuk menjadi sumber daya manusia
yang mampu mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya di tengah
masyarakat.
Namun
demikian PLS juga mengutamakan pelayanan kebutuhan individu atau
masyarakat dalam kaitannya dengan pengembangan pribadi mereka melalui
proses pendidikan sepanjang hayat.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No.73 tahun 1991 bahwa pendidikan luar sekolah bertujuan :
a. Melayani
warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan
sepanjang hayat guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya.
b. Memenuhi
warga belajar agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dan sikap
mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah,
atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,
c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.